Senin, 28 Maret 2016

Bahaya Anemia pada Penurunan Semangat Belajar Anak

Assalamualaikum Sahabat Nisrina
Bahaya Anemia pada Penurunan Semangat Belajar Anak

Anemia pada Penurunan Semangat Belajar Anak

Anemia merupakan kondisi ketika seseorang mengalami penurunan jumlah darah pada tubuhnya, terutama hemoglobin (Hb). Kondisi anemia tidak saja menyerang orang dewasa, remaja dan bahkan anak-anak sekalipun bisa mengalaminya. Kondisi anemia tidak bisa dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja, terutama jika terjadi pada anak-anak sebab dampaknya sendiri cukup mengkhawatirkan yakni dapat menurunkan semangat dan prestasi anak saat belajar. Untuk itu, penting sekali segera mengatasi jika timbul gejala anemia pada anak agar prestasinya disekolah maupun dilingkungannya tetap baik.
Menurut sumber dari organisasi kesehatan dunia (WHO) menjelaskan anak balita akan dinyatakan mengidap anemi (kurang darah) apabila kadar hemoglobinnya ada dibawah 11 g/dl, sementara untuk anak-anak dengan usia mulai dari 5 tahun hingga usia remaja akan dinyatakan menderita anemia jika kadar hemoglobinnya berada dibawah angka 12 g/dl. WHO juga mengatakan jika kemungkinan anak balita menderita anemia berada diangka persentasi sekitar 39 %, dan 24 % pada anak usia 5-11 tahun. Angka persentase ini tentunya bukanlah jumlah yang sedikit, untuk itu penting sekali mewaspadai setiap gejala dan keluhan pada anak dan balita termasuk ketika timbul gejala anemia.
Salah satu penyebab terbesar timbulnya anemia adalah kurangnya asupan zat besi dari dalam tubuh. Anak yang kekurangan zat besi akan menunjukan beberapa gejala seperti mudah lesu, lelah, pucat, kurang bersemangat dan menurunnya nafsu makan. Itulah sebabnya mengapa anak yang mengalami anemia akan berpengaruh pada menurunnya semangat belajarnya yang membuat prestasinya ikut menurun. Selain itu, daya tahan tubuh anak yang menderita anemia akibat kekurangan zat besi akan menjadi lemah dan membuatnya mudah terserang penyakit. Kondisi yang lebih mengkhawatirkan lagi apabila anemia akibat kekurangan zat besi apabila terjadi pada anak balita, sebab hal ini akan mengganggu tingkat kecerdasan anak.
Pada dasarnya, sejak lahir bayi memiliki cadangan zat besi dalam tubuhnya. Hanya saja, jumlahnya begitu terbatas. Cadangan zat besi pada bayi yang lahir cukup bulan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sampai si bayi berusia 6 bulan. Berbeda dengan bayi yang lahir prematur atau tidak cukup bulan, pada bayi dengan kondisi prematur cadangan zat besi dalam tubuhnya hanya mampu memenuhi kebutuhannya sampai bayi berusian 2 hingga 3 bulan.

Nah, berikut ini ada beberapa cara mencegah anemia atau zat besi pada anak.

1. Tingkatkan Pemberian ASI Ekslusif
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Meskipun kandungan zat besi dalam ASI terbilang rendah, namun penyerapannya relatif tinggi. Pemberian ASI yang cukup minimal hingga usia bayi 6 bulan akan membuat anak terhindar dari kemungkinan menderita anemia.
2. Upayakan Anak Tidak Terkena Cacing Tambang
Penularan cacing tambang dapat terjadi ketika anak mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi cacing tambang melalui tangannya yang kotor. Untuk itu, pastikan jika tangan anak selalu dalam keadaan higienis terutama ketika ia hendak makan dan minum. Mintalah anak untuk mencucui tangannnya dengan sabun setiap kali mereka akan menyentuh makanan.
Itulah dia wawasan mengenai bahaya anemia terhadap anak. Selain itu, berikan pula makanan dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang untuk menjamin terpenuhinya zat-zat baik untuk tubuh anak, termasuk dengan zat besi untuk menghindarikan anak dari anemia.

Semoga bermanfaat,
Baca Artikel menarik lainnya di -> http://nisrina.co.id/blog/
Nisrina Peduli Wanita!

Bahaya Gadget Untuk Balita

Assalamualaikum Sahabat Nisrina
Bahaya Gadget Untuk Balita

Bahaya Gadget Untuk Balita


Apakah anda sering membiarkan anak bermain dengan gadget? Biasanya orang tua memilih untuk membiarkan anak bermain gadget demi membuat anak tetap tenang. Tapi tahukah anda bahwa gadget sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah usia 3 tahun?
Dilansir dari news.asiantown.net, membiarkan anak di bawah usia 3 tahun bermain sendiri dengan gadget dapat mengganggu performa mereka dalam pengendalian diri. Para peneliti di Boston University School of Medicine menjelaskan bahwa memberikan gadget terhadap anak akan membuat performa sosial emosional anak tersebut terganggu.
Para peneliti menyarankan para orang tua untuk memberikan mainan tradisional terhadap anak-anak, semacam mainan balok kayu. Di samping itu, butuh juga untuk membikin waktu bermain bersama keluarga di mana saat bermain, anak buah keluarga tidak ada yang melihat televisi alias bermain gadget.
Lebih bijaksana lagi dalam memberikan mainan terhadap anak. Perhatikan tumbuh kembang mereka dengan baik serta jangan sembarangan memberikan gadget sebagai mainan untuk anak.


Semoga bermanfaat,
Baca Artikel menarik lainnya di -> http://nisrina.co.id/blog/
Nisrina Peduli Wanita!

Bahaya Kafein bagi Anak

Assalamualaikum Sahabat Nisrina
Bahaya Kafein bagi Anak

Bahaya Kafein bagi Anak

Tahukah anda kandungan kafein dalam beberapmakanan yang dikonsumsi oleh anak-anak mempunyai bahaya tersendiri bagi tubuh mereka. Berikut penjelasan ringkas mengenai bahaya kafein bagi anak.
Hal paling awal yang merupakan efek kafein pada anak adalah, kafein menyebabkan dehidrasi, hal ini tentu karena kafein merupakan salah satu zat diuretik yang dapat membuat tubuh terus menerus mengeluarkan kandungan air yang khususnya berada didalam kantung kemih. Keluarnya cairan tersebut membuat anak terkena dehidrasi.
Yang kedua adalah kafein dapat merusak gigi dan enamel pada gigi anak-anak hingga menyebabkan gigi yang berlubang dan menghitam, Karena rata-rata minuman manis selain mengandung kadar glukosa tinggi juga mengandung kafein yang tinggi.
Demikian sedikit ulasan mengenai efek kafein pada anak yang telah kita ketahui bersama, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat.


Semoga bermanfaat,
Baca Artikel menarik lainnya di -> http://nisrina.co.id/blog/
Nisrina Peduli Wanita!

Bahaya Orang Tua Terlalu Mengatur Anak

Assalamualaikum Sahabat Nisrina
Bahaya Orang Tua Terlalu Mengatur Anak

Orang Tua Terlalu Mengatur Anak

Pada beberapa kasus yang ditemukan, cukup banyak orangtua yang memegang teguh pola asuh yang ‘terlalu mengatur’ pada anaknya. Selain itu, para orangtua yang menerapkan tipe pengaturan seperti ini mempercayai bahwa cara pengasuhan yang mereka terapkan pada anak-anaknya merupakan pola asuh yang paling tepat untuk mendidik anaknya menjadi anak yang baik dan penurut. Mereka juga meyakini bahwa dengan menjalankan pola asuh yang banyak memberikan aturan kepada anak, maka akan membentuk seorang anak menjadi pribadi yang taat aturan dan disiplin.
Hanya saja penting untuk diketahui bahwa pola pengasuhan anak yang serba mengatur seperti diatas akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi perkembangan mental anak. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sikap orang tua yang serba mengatur dan terlalu banyak memberikan batasan akan menyebabkan gangguan kepribadian terhadap anak yang membuat anak mudah merasa bersalah, tidak dapat menerima dan menghadapi perbedaan pendapat.
Selain itu, anak-anak yang berada dalam pola asuh seperti ini juga cenderung akan menampilkan sikap ‘memusuhi’ terhadap orang lain ketika berada pada situasi yang berbeda pendapat. Hal ini timbul sebagai dampak dari terlalu diatur dan terlalu dikekangnya segala hal dalam kehidupan anak oleh orangtuanya. Yang mana hal ini tentu saja akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak terutama di lingkungan sosialnya yang membuat anak kesulitan membangun relasi (hubungan) bersama dengan teman-teman sebayanya, terutama ketika anak beranjak dewasa. Selain itu, perilaku anak yang cenderung mengatur terhadap lingkungannya ketika ia dewasa nanti akan semakin besar.
Sebuah penelitian mengungkapkan, pola asuh yang terlalu mengekang dan mengatur yang diterapkan orangtua terhadap anaknya, akan lebih mungkin menggangu mentalnya yang membuat anak mengalami resiko depresi dan kesepian saat ia dewasa, meskipun ia telah mencoba bergabung atau dalam kondisi yang ramai.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti ini mungkin akan lebih mudah membuat anak menjadi seorang yang penurut dan baik. Namun sebenarnya, mereka tidak menikmati apa yang didapat dari orantuanya. Anak-anak juga cenderung tidak akan merasakan kehangatan dari interaksinya bersama dengan orangtua. Hal inilah yang pada akhirnya akan membuat anak akan mengalami kesulitan untuk menunjukan kehangatan saat berinteraksi dengan oranglain. Anak juga akan mengalami kesulitan dalam memutuskan masalah sendiri sebab kertegantungan mereka terhadap aturan dan pendapat orang lain. Tak saja itu, anak yang lahir dari pola asuh yang ‘terlalu mengatur’ lebih cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Nah, melihat dampak buruk yang timbulkan dari pola asuh seperti ini, tentu akan lebih bijak jika para orangtua tidak menerapkan pola asuh demikian. Namun ini bukan berarti para orangtua harus menerapkan pola asuh yang bebas atau tanpa peraturan. Hal ini juga tentunya tidak disarankan sebab akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang manja dan tak kenal aturan. Alangkah jauh lebih baik jika orangtua dapat menerapkan susana yang demokratis dan nyaman dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.


Semoga bermanfaat,
Baca Artikel menarik lainnya di -> http://nisrina.co.id/blog/
Nisrina Peduli Wanita!

Dampak Buruk akibat Kebiasaan Menjewer Telinga Anak

Assalamualaikum Sahabat Nisrina
Dampak Buruk akibat Kebiasaan Menjewer Telinga Anak

 Menjewer Telinga Anak

Ketika anak mulai bandel dan sulit diatur, orang tua biasanaya memberikan hukuman dengan menjewer anaknya. Akan tetapi kebiasaan menjewer anak berdampak negatif untuk perkembangan sifat dan karakter anak.
Berikut beberapa dampak buruk dari kebiasaan menjewer anak :
Berdampak pada kesehatan anak
Secara umum, menjewer anak memang tidak meninggalkan bekas luka pada telinga anak. Tetapi secara tidak langsung, menjewer dapat merusak beberapa jaringan syaraf anak.
Menurunkan mental anak
Memukul atau menjewer anak dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak yang membuat anak menjadi ketakutan pada anda dan tidak menghormati anda.
Membuat anak memiliki sifat berbohong
Hukuman menjewer dapat membuat anak menjadi lebih takut kepada anda. Sehingga anak akan mudah berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan karena anak takut akan hukuman yang akan anda.


Semoga bermanfaat,
Baca Artikel menarik lainnya di -> http://nisrina.co.id/blog/
Nisrina Peduli Wanita!